Saturday

Happy Birthday, me.

Dan aku hanya ingin menulis sesuatu hari ini.
Namun sampai detik ini aku bahkan belum tahu akan menulis apa.

Hari ulang tahunku, tapi bahkan ibuku sendiri belum mengucapkan "Selamat ulang tahun" untuk diriku :)

Setahun lalu sahabatkulah yang mengucapkannya paling awal. Pukul 00:00:12, dan sampai sekarang pun pesan singkat itu belum pernah kuhapus. Kenapa? Karena aku tahu bahwa aku tak akan pernah mendapatkannya lagi, mungkin. Ialah sahabat terbaikku saat itu (dan hingga sekarang kurasa. Walaupun aku pernah menyakitinya dan menyuruhnya untuk pergi dari hidupku pada suatu sore yang mengerikan). Tapi entahlah untuk saat ini. Kami berteman (namun ia tetap, sahabat, terbaik, untukku). Mungkin ia sedang sibuk.

Hari ini, Nadia Megaranilah yang dengan baik hati telah mengucapkannya pertama kali. Terima kasih, setidaknya ada yang mau mengingatnya untukku.
Satu bulan penuh ini ponselku bagaikan mati segan hidup tak mau. Sekarang ribuan pesan singkat menyerbunya namun tak ada satu pun yang terbalas. Aku pun tak mengerti mengapa aku begitu. Namun itu semua membuat hubunganku dengan banyak pihak terbengkalai. Dengan FIB... Baru siang ini kami kembali bercakap. Aku tak berhenti mengutukki mengapa akhir-akhir ini pun aku menjadi begitu sibuk. Aku kembali sendirian.

Baik, lima belas tahun.
Lima belas tahun yang sangat bermakna.
Tidak sedikit orang menuangkan komentarnya terhadapku. Dari senang, kagum, iri, dan bahkan benci.
Jujur, aku berterimakasih kepada orang2 yang bahagia karena diriku, atau yang menganggapku sebagai inspirasi :') TETAPI, kawan. Sebenarnya aku terlalu kalian anggap tinggi --___-- Bahkan untuk yang iri. Aku ini hanyalah seorang gadis biasa yang dianugerahi kemampuan untuk bersyukur, kawan, itu saja.
Bukan, bukan. Sebenarnya bukan 'itu saja'. Bersyukur adalah sebuah kunci yang membuat kita akan menjadi seorang yang bahagia.
Sungguh, aku ini memilikki banyak masalah yang sebenarnya terlalu kompleks untuk diterima seorang remaja berumur 15 tahun. Tapi kenapa masih banyak di luar sana, orang-orang yang hidupnya lebih beruntung, tapi tetap saja merasa tidak bahagia?

Cobalah untuk bersyukur. Dalam segala keadaan. Maka kamu akan merasa (sangat) jauh lebih baik, dan orang lain juga akan melihatmu bahagia.

Hidupku seperti beruntung bukan karena aku memilikki segalanya. Tidak, kawan. Kalian lebih beruntung dariku. Hanya saja mungkin aku selalu bahagia dengan apa yang aku milikki dan jarang sekali untuk 'meminta' 'meminta' dan 'meminta' lagi. Aku terbiasa dengan mencukupkan segala yang ada dan, bersyukur. Bukan karena itu adalah kewajiban, namun karena itulah (kunci) kebahagiaan.

Tuhan sudah memberikan apa saja yang kamu butuhkan. Hanya saja mungkin kebanyakan orang hanya selalu melihat ke atas dan tak pernah mau mencoba untuk berhenti sejenak menengok sekeliling. Bahkan ke bawah.

Masalah itu selalu ada. Jangan jadikan itu penghalang.

Hiduplah secukupnya dengan syukur. Berhenti untuk selalu 'meminta' dan mulailah untuk memberi dengan apa yang kita milikki.
Tuhan pasti mengerti apa yang kita butuhkan, dan Dia selalu mengerti kapan kita harus mendapatkannya.

Terima kasih untuk orang-orang ini,
Anna Kresentia Adisti, Guardio Orlando, Hendrik Putra, Nastiti Lintang, Ardian Restu, dan Donio Ogiva.
You all taught me about LIFE, and that's why I exist! Thankyou for everything. Every thing. :))

No comments:

Post a Comment