Tuesday

Kantung Mata

Kenapa ya mataku berkantong? Gimana ya cara ngilanginnya? Gak ngeblog sekarang? Soalnya udah malem?


Seminggu sebelum libur minggu tenang, itu artinya H-14 UN, ada panggilan aneh setelah bel istirahat kedua berdering. Macem telepon aja udah. Anak marcomm dipanggil Pak Wid. Oik??? Ini kali pertama kami bertujuhbelas masuk ke ruangan beliau atas nama Marcomm. Selama ini kami berurusan langsung dengan Pak Yudi, dan berhenti di situ tanpa melanjutkan hierarki ke rantai setelahnya. Tapi kali ini aneh.

Apa itu Marcomm? Kalau aku ditanyanya dulu, aku pasti udah jawab, "..anak-anak intelnya pak Yudi, mereka tahu segala sesuatu dan menyimpannya di tengah mereka. Telinga di tiap tembok, mata di tiap mata, dan akses yang sangat misterius."

Tapi sekarang aku adalah mereka. Dan aku bukan anaknya pak yudi karena beliau masih lajang, tidak tahu segalanya dan telingaku cuma dua masih nempel di tempatnya dengan sempurna. Marcomm tidak sesempit itu. Dulu memang awalnya mereka dibentuk untuk ikut andil dalam pembuatan Yearbook. Tapi kami dipilih oleh tim sebelumnya atas pertimbangan hierarki. Yearbook tahun kedua, dimana waktu itu dipegang Mas Manaf pure bikin semuanya sendiri. Dari konsep, artikel, translation, foto, lay out, design, sampe naik cetak. Waktu itu aku cuma jadi writer. Tapi ternyata berlanjut ke Yearbook tahun ketiga. Aku dan keempatbelas anak lainnya yang sekarang harus mengerjakan itu semua. Biasanya pengerjaan paling cepet selesai 3 bulan. And we did it.


Tahun keempat, menjejaki tahun terakhir sebagai the youngest batch, ternyata kami masih dimintai lagi buat mengurus diri kami sendiri. Kami bertujuhbelas sekarang, dikumpulkan untuk menyelesaikan tugas sakral itu selama 7 hari, dan kami akan selamat.

Kami mungkin bukan hanya akan selamat, tapi babak belur dan gak berbentuk. Tugas 3 bulan yang biasanya masih membutuhkan tim tambahan harus selesai dalam tujuh hari dan kami sendiri. Mungkin itu kali pertama saya angkat bicara di depan Pak Wid sehubungan kerjaan, tapi memang kami memiliki alasan kenapa sampai saat itu kami belum bergerak. Kami sudah di tahun akhir dan sebentar lagi akan menjalani ujian nasional. Kami sudah mempertimbangkan segala hal dan memutuskan untuk menunda pengerjaan hingga UN selesai, dan kami yakin dengan segala konsep yang sudah kami persiapkan kami akan menyelesaikannya kurang dari dua minggu, tapi tidak sekarang.

Tapi kami gak punya jaminan. Dan dengan segala resiko, kami mulai berdiri dan berjalan. Pecut diayun dan kami mulai berlari. Hingga seminggu berlalu, dan tugas itu selesai dengan amat sangat memuaskan.

Sebuah hal yang ditujukan untuk mengontra pernyataan saya di atas, berhasil kami patahkan sekarang. Hal mustahil itu nyata. Kami bisa. Kami memecahkan 'hal yang belum pernah terjadi dalam sejarah' beliau. Dan itu adalah mujizat.

Di hari pertama UN, saya mendapat kabar, pihak hierarki teratas setuju untuk naik cetak, tanpa revisi sama sekali. Hanya ada satu revisi, halaman 8 di bottom-page caption. Itupun dua huruf. Puji Tuhan. Puji Tuhan.

Salah-enambelas orang terkeren yang pernah aku kenal. My A-team hehe. Love you love you, makasih nasgor tengah malemnya, makasih jajaran laptop dan hujan flashdisknya, lari-lari gosongnya, bangga banget bisa nyelesaiin ini bareng kalian. :)

No comments:

Post a Comment