Monday

Daily Report 3

Hore, bisa ngeblog lagi. Asik asik. Tadi sampe mana?

Oya.

Balik ke timeline #ohyeah team..

Menapaki klimaks SMA, 26 Mei adalah hari yang sangat menyenangkan buat gue. Jujur, di awal proposing event ini, gue sempet takut bakal 'ga sejalan' sama anak2 HS (presiden house; gampangnya house itu kayak 4 asrama hogwarts cuman ini ada 9). Kenapa

Kita berlima cenderung anak berjiwa bebas dan slengek. Selo, bisa dibilang sweg abis (keleees), dan.. tidak terlalu idealis. Sedangakan bagi gue anak2 HS itu anak2 berprinsip yang sedikit struktural, dan bisa dibilang profesional. Beberapa dari mereka dituakan, dan imej itu sudah sangat menempel dan kami mungkin akan seperti cucu-cucu dengan nini akinya.


Dan gue salah.

They were merely another kiddos. Yang kalo diaworin bakal jadi taman bermain. paud. atau apalah.
Seharian sama mereka bikin gue lupa nem gue, lupa ketidakklimaksan kelas tiga gue, dan bikin hari itu begitu berwarna. (iyalah orang hari itu emang kita main cat dan pewarna kue hehe)

Gue sayang banget sama mereka. Ngakak. Pengen eek. Sedeng semua.

High pitchnya Cinta, gejenya pipi (hahah), ketawanya Jalu. Duo Ody-Reyhan. Mak-mak rempong. Playlistnya tatang shendy dan semuamuanya.

Hingga, 27 Juni bener-bener cerita lain.

Pagi yang imut. dengan playlist pindahan reyhan, sungguh mendukung up-leveling hari itu. Setelah senam pagi dan anak-anak balik buat mandi.. kami sarapan bareng. Niup balon bareng. Nyiapin perkakas bareng. Sampe sekarang, playlist lagu pagi itu bener-bener nempel di otak.

Udah lama aku mencari cari ada apa gerangan di balik dunia permusikan zaman sekarang. Bukannya jelek2 sih, tapi kayaknya lagu2 itu lebih bisa cepet enak didengerin jaman dulu. Lebih mudah melekat dan gampang dikenang lagu-lagu dulu. Entah permutasi atau kombinasi nada udah menipis atau aku yang gabisa ikut tren musik masa kini, tapi dulu itu hampir semua lagu enak masuk playlist. Sampe sekarang pun, kayaknya dominanan lagu zaman dulu daripada yang masih fresh dari billboard yang nongkrong di most played nya music player.

Aku adalah salah satu orang yang percaya kalo some songs itu cenderung attached sama some exact moments, tergantung siapa dan kapan dia dengerin lagu tertentu tsb. Nah di SMA aku lack banget sama these some exact songs. Until that day happened.

Lagu-lagu cheesy kayak, Marmut Merah Jambu (The Nelwans) - Dekat di Hati, Hari Baru, Sepeda (RAN) - Lihatlah Dunia (Hivi!) - Icona Pop's dsb dsb berasa aku bebasdosa-in dari ketidakpuitisan lirik dan kemonotonan nada. Lagu-lagu yang selalu bikin aku inget tiap detail pagi itu, hari itu. Lagu-lagu yang bakal ngingetin aku sama masa SMA. Akhirnya hehehe. Norah Jones sama Jamie Cullum jadi mati gaya.

Keles.


Sebenernya kita ngemban tugas yang rada kompliketed sih, karena setelah acara berakhir, tepatnya jam makan siang, pengumuman SNMPTN berkumandang.

Puncak acara ditandai dengan perang air sumbo (yang udah cape2 kami racik kemarinnya). Bertepatan dengan diluncurkannya kantong plastik berisi air sumbo pertama, dimulailah pula jeritan syukur anak anak yang lolos SNMPTN. Dimulai dengan Hasan, Maskur, Rendra, dan belasan nama lainnya.

Jeritan jeritan bergilir dengan isak tangis mereka yang kecewa karena ditolak.

Hingga muncullah 42 nama yang berhasil menembus gerbang-gerbang kampus impian mereka masing-masing. Jumlah yang melonjak drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya. Ditambah lagi mereka yang memutuskan tidak melanjutkan SBMPTN dan mengambil USBI (lone star college indonesia).

Menyisakan kami yang masih harus mengangkat pipi dan kepala tinggi-tinggi. Kembali belajar dan mengejar.

Aku selalu mikir ulang buat jawab chats, tweets, texts kalian perihal SNMPTN, apalagi jika bukan anak SA yang bertanya.


SMA ku mungkin bukan SMA kacangan di Jawa Timur. Apalagi kami bisa bersekolah di sini setelah melalui penyaringan atas 5000 aplikasi dan beberapa lapis tes. Mungkin kami datang sebagai pemenang, tapi kenapa keluar sebagai pecundang?

Blak-blakan boleh?

Indeks sekolah itu segalanya. Kalo mau dihitung sebagai indeks bagus, berarti hitungan kami hanya 3 tahun. dan itu gak akan cukup buat menumpas indeks-indeks sekolah berangka 1,2,3,4,5... yang sudah berdiri dan mengukir prestasi lebih lama dari kami.

Mirisnya banyak temen-temenku sendiri yang udah berhasil juara di luar negeri, menang ispo, terbang kemana-mana ditolak sama UI, UGM, apalagi ITB. Sakit? Iya. Nyesek? Banget.

Tapi bener kata mas Willy. Undangan itu undian. Gimana bisa mereka yang biasa ngomong si ini habis dari LA, si itu dari kanada, new york, mana mana, si itu dari sana dan sini, juga biasa denger si itu ga lolos ui, si ini ga ada yang lolos itb. Cuma 1 yang lolos soshum ugm.. ya cuma di sini.

Anak-anak tatak yang siap perang. hehe.


Ugh.

No comments:

Post a Comment