Monday

Irisan-irisan lama

...

“Ada jutaan bintang di balik sana. Tapi sekarang mereka kalah oleh bintang yang terbesar. Kau tahu?” Ia menolehkan kepalanya ke arahku, menemukan mataku. Tentu saja aku tidak siap. “Untuk itu, aku percaya ada alasannya bumi ini berotasi―bukankah kita berpijak di atas dunia yang terus berputar?”

Aku terdiam, menunggu.


Matanya terpejam, dihirupnya dalam-dalam seluruh udara di sekitar kami hingga aku merasa begitu sesak.

“Kau, aku, dan semua orang akan ikut berputar. Kadang seiring, kadang mendahului, kadang saling membelakangi, dan tak jarang yang kembali. Percayalah padaku, aku akan berputar dan kembali bersamamu.”

Entah apa yang membuatku begitu sesak. Sesak sesesak-sesaknya.

Kulihat langit tak lagi biru.
Langit mungilku mengabur, lalu mengalir keluar.


Langitku tumpah.
.
.
.
.
.

Duniaku basah



[potongan cerpen dari koleksi kolase lama]

No comments:

Post a Comment