Monday

Terlepas dari predikat aku ini siapa.

Matthew itu keren.

Terlepas dari predikat aku ini siapa dan terlepas dari segala subjektivitas yang mungkin secara kasat mata akan dibebankan ke atas opini-opiniku selanjutnya, soal kepemimpinan dan interpersonal stuffs orang (yang baru aku realize emang) keren ini bener-bener ngajarin aku banyak hal. Apalagi waktu aku udah mulai menjajaki hari-hari sebagai manusia kampus.

Aku bukan tipe perempuan yang bangga akan pacar dengan tiga komponen langka bersamaan: seorang aktivis, akademisi (setauhuku dia belum pernah tidak cum laude), dan bukan perokok (dia sangat bangga dengan hal ini bahkan saat aku sendiri tidak akan terlalu masalah jika dia--nantinya--merokok).

Aku bukan orang lurus, jauh dari sosok cewek berperangkat karakter dan sayap ibu peri yang supportive, bahkan aku cenderung menjadi kerikil (kadang batu karang) dalam pelayaran kesuksesannya.

Sampe suatu hari aku ikut berlayar. Kemudian aku sadar.

Aku sudah berkenalan dengan sosok yang sangat luar biasa. Kakak, senior, teman, sahabat, hubba, bapak, sekaligus pacarku sendiri.

Entah karena ketidakpedulianku dan kejelesanku (kadang) terhadap segala kesibukannya (aku udah bilang aku ini bukan tipe cewek malaikat yang bisa supportive--yang sebenernya dibutuhkan sama tipe cowok pegiat dan lurus macem dia--lurus maksud gue gak neko-neko dan cenderung statis terhadap kehura-huraan), dia jadi jarang menunjukkan dia yang lain.

Dia yang berdiri di sana sebagai seorang konseptor, pemimpin, pelaku, pembiacara, bahkan motivator yang dikagumi. Dia yang sama sekali berbeda saat tiba-tiba menjadi manja dan tidak berdaya di depanku. Dia yang sebenernya aku ingin lihat, bahkan mungkin walaupun bukan sebagai kekasihnya.

Maaf met, aku baru nyadar kamu keren banget. Kamu inspiring banget. Aku kagum, aku salut sama kamu, aku belajar banyak banget dari kamu. Aku ngomong bukan sebagai pacarmu, bukan sebagai orang yang cinta sama kamu, tapi sebagai seorang mahasiswa aru yang baru menghirup bau-bau baru di atas perahu. Kadang aku pingin jadi orang lain dan ada di sana kerja bareng kamu atau ngelihat kamu sebagaimana selama ini yang gak pernah aku lihat sendiri. Yang harus aku dengar dari orang lain dulu. Yang harus aku lihat dari mata dan cerita orang lain dulu.

Aku gak bangga karena aku ini siapa, tapi aku bangga karena udah kenal kamu. Sebagai aku sendiri. Bukan sebagai siapa-siapa.

Aku tahu kamu gak bakal baca, atau at least satu, dua, lima tahun lagi suatu hari saat kamu udah sempet mampir ke sini, jangan narsis ya.

I love you :)

No comments:

Post a Comment