Friday

/Novemberain/

Musim hujan. Lebih banyak orang merenung dari balik kaca mobil. Lebih banyak pasangan akur. Lebih banyak jomblo ngelamun. Lebih banyak musik low beat direlease. Lebih banyak penulis produktif.

Tapi dua hari terakhir lebih dingin dari biasanya. Lebih mendung dari biasanya. Musim hujan kali ini lebih terkesan sedih daripada romantis. Musim hujan ini, seharusnya aku lebih dewasa.
...

Thursday

living in this desperating, wonderful world..

Ternyata udah 2 bulan gak menyentuh dunia maya! Rekor!

Sebegitu meriahnya hari-hariku diisi oleh uts, rapat, kepanitiaan dan acara keluarga sampai lumayan mlongo juga waktu tahu berat badan menginjak digit 46.

Aku kira pipiku sudah membola kembali dan bokongku semakin berisi in case ke mana mana pasti dicekokin makanan.

Di rumah tante.
"Aduuuuuh kamu itu hidup di kampus apa di kos! Sini makan yang banyak mumpung di rumah!"

Di rumah tante yang satunya lagi.
"Ayo mau makan apa. Ini ya. Itu ya."

Ketemu memet.
"Kurang hun nasinya" *diambilin lagi 1 - 2 centong*

Pulang ke ponorogo.
"depot madiun ya" "masak ini ya hari ini" "masak itu aja ya sore ini" *tau-tau ayamnya 5 potong buat aku semua*

Rapat, makan lagi.

Dan beratku gak improve.

Ok, apa aja yang udah aku lewatin? Konser Mocca? Color Fun Run? Festival Reyog Nasional (lagi)? Entahlah.

Yang pasti aku sudah bersemayam di kos baru dan sekarang mau pindah (lagi) karena bangunan kosku mau dijual, yang kemudian mengharuskan para penghuninya siap-siap cari kos baru sebelum akhir tahun. Di saat aku mulai nyaman dengan suatu hal, ternyata Tuhan berkehendak lain.

Mungkin hal itu juga yang menjadi jawaban atas ke...bingunganku akan hujan akhir-akhir ini. Aneh. Biasanya aku merasakan kebahagiaan yang misterius, sesuatu yang berlangsung begitu saja tanpa bisa dijelaskan ketika hujan turun. Tapi kali ini ... ada sesuatu yang ganjil. (sek sek, bosoku rodok blur)

Mungkin karena, kamar kosku yang sekarang tidak memiliki jendela yang mengarah keluar rumah.
Mungkin karena tidak ada wifi.
Mungkin karena aku tidak punya teman di kos.


Musim hujan selalu sempurna di A39.

Kamar dengan spot paling menguntungkan seantero asrama yang baru aku sadar mungkin bakal bisa ditemui lagi kalau aku beli apartment atau sewa kamar di hotel. Jendelanya. Pemandangannya. Gunung dan Mercusuar. Wifinya. Hawanya. Sprei dan bedcovernya.

Dan sebenarnya yang paling penting adalah, the company. That sense of knowing that we're not alone. There was always be another ppl along my sight, sekalipun kamar sepi, adanya kesadaran otomatis bahwa kita tidak sendirian yang menjadi biasa itu bisa jadi yang bikin aku gak pernah ngerasa sedih walau sepi dan tenggelam dalam duniaku sendiri.

Sekarang cuman spongebob, masha dan on the spot yang selalu setia membuat aku, setidaknya, gak ngerasa sendirian. Setiap malam setiap aku tidur, tv selalu nyala only to make sure aku gak sedih atau mikir sampe gak tidur.

Aku rindu duduk diam di dalam mobil sambil, cheesy said, menikmati hujan.

Sekarang aku harus rela kedinginan dan sakit-sakitan demi merasakan hujan atau sekedar melihat jalan yang basah di atas motor. Sendirian.


Wednesday

Tebak dong gue lagi dimana.

[beep]
[beep]
[beep]

Gimana, gak penting banget kan gue ini.

In case lo lagi gabut atau kepo terus mampir baca entri ini dan di antara kita dimungkinkan terdapat interaksi, jadi anggep gue lagi ngomong sama lo, karena gue sedang berada di perpustakaan empat lantai dengan AC super dingin, sendirian.

Sedangkan di seberang meja gue, ada kakak-kakak S2 yang so far, hampir 2 jam penuh ngobrol tentang banyak hal yang gak gue ngerti di saat gue, sangat disayangkan, lupa bawa headset.

Sisanya, every people looks like they're robot with those cabels flow out from their heads.

Dan gue mau gak mau mendengarkan segenap conversation mereka.


Pembaca yang budiman,

Minggu lalu Skrivnost ulang tahun yang keempat. Yeee ucapin selamat dulu dooong... biar gue kelihatan makin gak penting.

Keeping up with its Author, yang, still on her way finding her lost passion (read: time) in writing, this blog is way more mature than it was now. Still, thanks for all the numbers (27,450 and still counting), for visiting here everytime you're drunk maybe hehe, thanks for leaving the notes and comments and making this flat communication looks alive.

Sometimes I wonder why you read. Sometimes I thank God for you to scroll down even click the next button. Still again, I'm on my way to get adult and finding my-real-writing-yang-lama-hilang.


Then, hope you to come back and smiling.



Kedinginan,
18 years old gal living in a life which she's totally not.