Saturday

Sudibyo 2

Saya belum menceritakan pertemuan saya dengan beliau pada acara alumni bulan lalu.

Kali ini saya tak akan bercerita banyak.

Malam itu, sebelum acara usai, saya dan Banin memutuskan untuk naik ke gedung asrama mendahului yang lain. Kami bercakap-cakap hingga sosok mungil itu muncul dari arah jembatan. Sendirian. Malam memang telah larut. Beliau berkendara dengan motor keluaran tahun 2000an-nya untuk jarah tempuh yang terbilang tidak dekat seorang diri. Mungkin satu hingga satu setengah jam.

Sebenarnya saya dan Banin hanya bermaksud untuk saling bertegur sapa dengan beliau.

Tapi beliau menarik tangan kami dan mengajak duduk. Memulai perbincangan, beliau berbicara tentang kehidupan kami setelah lulus SMA. Kami bertiga saling bertukar pertanyaan, pemikiran dan keprihatinan. Tak jarang, beliau mengucapkan patah-patah kata yang tanpa sadar memotivasi.

Orang-orang mulai berdatangan dan menghampiri kami untuk memberi salam pada beliau. Beliau, entah bagaimana, kentara sekali tak ingin berlama-lama, mungkin maksudnya agar mereka lekas masuk kamar dan beristirahat. Tapi saya pikir, mungkin hanya perasaan saja, beliau memang tak ingin orang lain merasa terundang dan bergabung. Saya sering salah, jadi saya abaikan perasaan itu.

Mas Virgi, Diah, Khaulah dan Hilda (atau siapa saat itu saya lupa) pun bergabung.

Bagaimana pun juga, jam menunjukkan tiga puluh menit menuju pukul 12 malam. Beliau tak juga terlihat berada di ujung pembicaraan.

"Tak apa. Saveera ini bidangya ada di dunia kreatif. Tapi ndak pa-pa, sebenarnya tidak harus juga kamu tidak di akuntansi untuk mengembangkan itu. Tapi yang penting kamu harus terus mengembangkannya. Betul, sata masih ingat betul esainya Saveera."

Beliau berpamitan. Tiga orang lain naik ke gedung asrama, dan saya mengajak banin mengantar beliau ke parkiran, meminta Afif dan Candra untuk mengawal beliau. Wajah ceria mereka yang membuat saya tenang.

No comments:

Post a Comment