Tuesday

Harta yang paling berharga

adalah, keluarga.

#DelveInside: 2



n o v e m b r e .  2 6.  a m b a r a w a ,  c e n t r a l  j a v a .



kali ini aku akan bercerita tentang cemaraku (yang beneran). karena ini delve inside, aku akan menulis sedikit panjang. tapi untuk ilustrasi visual, aku sengaja mengambil penggalan cerita perjalanan kami bulan lalu ke magelang, ambarawa, dan semarang--bukannya mengumpulkan ilustrasi general. jadi, foto-foto yang ada di sini hanya menggambarkan trip akhir pekan kami bulan lalu sahaja. dan, ini adalah foto-foto hasil snapgram (snapgram ada gunanya ya) jadi maaf kalo kualitasnya ga seberapa, maklum hape cina.


caution: tulisan ini bernada slenge

aku lahir di jawa timur. ibuku anak ke dua dari lima bersaudara, dan kakak pertama serta 2 adik paling ragil semua berkeluarga di yogyakarta. itulah kenapa aku kayak punya banyak saudara di jogja. dan pertanyaan klasik selanjutnya biasanya: kok ngekos? kenapa gak ikut tante aja? karena aku lebih nyaman tinggal sendiri. itulah kenapa setiap weekend aku bakal family time. karena anak-anak dari ketiga saudara kandung mamaku ini masih kecil kecil dan moodboosting sekali. dari pakdhe namanya allegra 7 tahun, dari mba reni namanya rania 8 tahun, dari mba deni namanya gemara 6 tahun.

kenapa panggilnya mbak? karena dulu waktu mereka kuliah aku udah tk-sd jadinya masih anak muda gitu, kebetulan mba reni dan mba deni dua-duanya dulu sekolah di jogja. itu juga kenapa aku udah familiar banget sama kota ini.

keluargaku di jogja ini sering sekali main waktu akhir pekan. tahun lalu kami ke semarang, lalu biasanya random gitu ke solo, atau kadang ke muntilan, atau ke magelang, atau sekedar ke selatan berburu kuliner.

yang ke muntilan bisa dilihat di steller ku di post ini : Pagi di Muntilan
yang kami bikin backyard party bisa dilihat di postingan ini : At The Backyard

karena teknologi snapgram baru ada sekarang, aku dulu biasanya jarang mengabadikan sesuatu. karena konsep mengabadikan berat banget, dan kalau sama keluarga aku lebih jarang lihat hape. sedangkan sanp meringankan konsep itu, kayak no big deal dan sambil lalu aja. toh masalah nanti diperluin atau nggak bisa belakangan. yang penting snap dan udah.

satu yang aku suka dari keluargaku adalah..... mereka berbeda.

mbah utiku yang berasal dari kediri menikah dengan mbah kung yang berasal dari ponorogo, kota kecil di mana mereka kemudian menetap hingga sekarang. mereka dianugerahi 5 anak, pakdhe, mama, mba desi, mba reni dan mba deni.

pakdhe kuliah di jember, bekerja di jakarta dan setelah menikah menetap di jogja. pak dhe yang ketika kuliah aktif sekali bermain musik ini (dulu hampir jadi vokalis yovie nuno suer) menikah dengan budhe tari yang dulu bekerja di sebuah ngo dan merangkap sebagai penerjemah buku. budhe tari asli jogja dan mengambil studi sastra inggris  sebelum melanjutkan studi lanjutan di london dan bersama pakdhe dianugerahi bayi kecil bernama allegra. alle sekarang sd tapi homeschooling.

mba desi kuliah di surabaya dimana akhirnya ia bertemu om yoto, menikah, dan menetap di sana. anak mereka bernama ceca, sekarang sma di smala sby, dan stella, sekarang smp di spensix sby.

mba reni kuliah, menikah dan bertemu om anton di yogya dan anak mereka bernama rania. sering aku snapgram kalo lagi ke rumah mereka. om anton menuntaskan master program manajemen dan memutuskan membuka sekolah musik di daerah demangan.

lalu mba deni dan om koko, keduanya bertemu di isntitut kesenian yogyakarta dan menikah sekaligus menetap di kota yang sama hingga kini. anak mereka bernama gemara. anak yang paling sering temen temenku tanyain -_-

rumah pakdhe alam alam sekali, rumah mba reni penuh dengan frame-frame besar the beatles, dan rumah mba deni artsy sekali. ketika ke solo, lagu-lagu yang mengiringi sepanjang perjalanan adalah the beatles dan aku senang sekali berada di samping jendela sambil mendengarkan i saw her standing there atau help. lagu lagu yang memenuhi rumah mba deni di rumah juga lagu-lagu indie (karena mba deni dulu vokalis salah satu band indie 2000an yang lumayan he em). even gemara hafal lagu-lagu payung teduh sebelum aku bahkan baru mau download ke hape (maksudnya pas baru awal suka). rania gemara hafal lagu-lagu the beatles. dan permainan piano allegra bikin nahan napas.

maka ketika bersama keluarga, aku merasa begitu bebas. jauh dari realitas dan ekspektasi kalangan 'tertentu' yang mengarah pada pandangan dan standardisasi tertentu. di rumah aku merasa hidup dan menjadi diriku. aku merasa boleh menjadi apapun yang aku mau. tanpa embel embel dan penggambaran sukses dengan ukuran kapitalisme.

dari sini aku punya gagasan bahwa, iya realistis. tapi realistis yang aku maksud beda.

bagiku, ambisi itu perlu. passion juga perlu. aku pernah nulis di suatu tempat, bahwa bagaimana jika mungkin, sebenarnya, yang terjadi adalah..

arena tanding kita memang berbeda. mungkin aku datang pada arenamu untuk duduk di tribun dan mendukungmu, bukan untuk berada di pacuan, di belakang atau di depanmu. dan setiap kita bebas dan berhak memilih arena tanding kita masing-masing. bukan berarti bekerja kantoran dan mejadi ceo kaya raya dan settle itu sukses untuk seorang yang punya passion bikin film. atau bahkan jika passion dan panggilan hidupnya untuk keluar masuk hutan dan memotret tumbuhan liar.

kenapa kalian selalu menagih medali dan piala? padahal piala dan medali itu bernama bahagia.

menurutku sukses adalah ketika suatu hari kamu terbangun, kamu sadar bahwa inilah hidup yang kamu iginkan. dan kamu bebas memilih. tanpa embel-embel penialaian orang dan standar kekayaan atau kedudukan. ketika suatu hari kamu bertanya pada dirimu sendiri: are you happy? dan kamu menjawab... ya.

(selama maksudnya tidak merugikan orang lain). dan realistis yang aku maksud adalah apa pun yang aku mau nantinya, yang penting bertanggung jawab. secara material untuk hidup dan mengikuti arus kapitalisme (mau tidak mau), dan pada keluarga serta rumah tangga ku kelak. apa yang aku lakukan, jika diniatkan baik, tentu akan punya kontribusi bagi sekita, dalam konteks besar bangsa negara, dan dunia. kontribusi sebenarnya bisa semungil membuat orang lain terinspirasi dan menemukan panggilan mereka, seperti di habit ke delapan.

karena aku percaya, setiap kita dilahirkan ke dunia dengan mis yang berbeda-beda. taenta kita berbeda-beda.

dan soal mbah uti, aku udah pernah cerita sediit di entri mbah uti dan tiga dara. mbah uti yang bikin aku suka film. dan apakah mbah uti pindah ke jogja? enggak, mbah lagi pengen aja ke jogja, setelah sebelumnya lama di surabaya buat operasi mata.

begitulah. Delve Inside: 2 // Keluarga: Selesai.

ini sedikit snapstories yang kemarin sempat aku download (yang udah masuk feed gak aku masukin ke sini). gambar-gambar ini berbeda dari gambar di atas atau di post lain. gambar gambar ini bisa diklik dan diperbesar:


No comments:

Post a Comment