Monday

pesyen.

/ˈpaSHən/
noun

when you put more energy into something than is required to do it; extremely strong feeling. resulting obsessive behavior, may mean you are in love.
(urban dictionary)


#DelveInside: 4

waktu kecil, passionku menggambar dan aku suka menggambar gajah dalam lomba-lomba. semakin besar aku suka menggambar manga, lama-lama aku suka doodling dan sekarang i draw no more. waktu tk, aku suka sherina (sblm dia main film) dan aku nyanyi di panggung tk lagunya sherina yang, rintik.. rintik hujan...

lalu aku suka membaca dan menulis. lama-lama, aku suka film. sukanya beda dari orang kebanyakan. suka banget. dan gak semua film aku suka. aku suka verb nonton, tapi (noun) film tertentu aja yang aku suka. kalo liat film, aku gak cuma liat, nikmatin, ngeh jalan ceritanya, nangis atau ketawa terus pulangnya bilang ih bagus ya atau ih b aja ya. enggak. sekali liat scene, secara otomatis i see beyond the frame. to the way it's made, the way it was shot, the scenario, the soundtrack mostly, the way the actress walk, or sit, or speak, the plots, the flow, the meanings. everything. film, for me, is more than a motion picture that shows us beautiful men or woman and made us cry. film is more than that, at least for me. film has so many power that people/some people cant see. film has its own soul. film itu perspektif yang dibagi dengan komposisi yang indah. kalo film cuma jual 'hal hal tertentu' yang penting dibikin, terus viral, banyak orang mewek, gadis gadis menjerit dan laki-laki merinding, film itu... hmm kalian terusin sendiri.

film yang baik itu hidup. ngeblend sama suasana cahaya, musik yang mengiringi (penting banget) dan apa ya angle, karakter, gerak tokohnya, dialog, komposisi plot, flow nya, cutting nya, ambiance nya, lokasi, baju, apa ya, kompleks banget. aku gak belajar perfilman, tapi aku pernah bikin 2-4 video-video pendek dan banyak orang suka. bukan karena video itu diambil pake kamera dewa, diedit pake mac, dikasih effect. sebenernya cuma.. karena video itu ngalir dan bernyawa. video itu personalizes orang dan hidup di benak orang itu.

bahkan kalo ngedit video kadang bisa sampe motong-motong detik biar sesuai sama even ketukan detik lagunya. ganjil genap. sampe ngedit bahan untuk 2 menit aja butuh 20 jam nonstop. karena beda sepersekian detik rasanya ganjel. nyawanya ilang. jadinya cuman video sekenanya. urutan suasana juga harus pas. yang jadi rise up nya mana, yang jadi tuning down nya mana, yang rise up lagi dan klimaks mana. apakah itu dibikin-bikin atau natural, atau setidaknya kalo emang dibikin apakah keliatan natural. durasi tiap 'scene' jangan kelamaan. ntar orang tidur. indah perlu tapi hidup juga perlu. ada nyawanya gak. suara dubber match gak. konsep nya oke gak. atau b aja. alay gak. esensial gak. pas mau dirender, ketika dipreview, cari seseorang yang gak ngerti, pesan lu nyampe gak. dia nyesek gak. dia ketawa gak. dia melakukan apa yang pengen lo liat penonton lo ntar lakuin atau gak. apakah dia punya interpretasi sendiri. apakah interpretasi itu gak buruk dan keluar jauh dari ekspektasi? sisanya let the magic happens.

lalu soal fashion? jaman smp-sma aku sempat diidentikkan sama outfits thingy. sekarang aku slengek dan i leave that box miles away. fashion is nothing. nowadays, taste is much more important. and taste is very personal. so it belongs to each person. and i have no rights for it.

terus soal sosial budaya. manusia. lingkungan masyarakat. keadaan sosial. seni. pertunjukan. budaya lokal. budaya dunia. feminisme. sastra. pelaku ekonomi kreatif. tapi mungkin yang ini masih belajar. belum begitu jadi passion.

dulu zaman smp kalo ditanya pengen jadi apa, aku jawab pengen kerja di natgeo. masuk sma aku pengen kerja di rollingstone, vogue atau the ny times. dan to be honest, jadi rockstar (JANGAN KETAWA.)

siriyesly. i wrote: natgeo journalist & the next hayley williams (with some additional details like crowdsurfing and billions people on its hall) in my time capsule paper back then, on my first week of senior high school. dang man so ridiculous.

menjelang akhir sma, aku menulis di sticky notes sebuah frasa indah, yang aku lupa gimana tepatnya. tapi seingatku 4 di antaranya aku pingin jadi ibu yang keren, penulis, sutradara sama pekerja promotor gitude. cuma cara aku nulisnya indah. pada malam prom night, ternyata keputusanku tidak banyak berubah. pertengahan kuliah, aku hilang arah. stress. aku kuliah akuntansi. aku gak bisa hidup kayak yang aku pengen. dan lain lain. dan lain lain.

sekarang, i know what i want. but it won't get easier to get there with my path now. akan sedikit memutar, nyasar, banyak jurang (cielah) dan yah, gak ada yang jamin. but love will always find a way. so i will keep doing what i love. because if it's meant to be, it will be.

a journalist, an author, director, a songwriter, maybe a singer? HAHA nope i know now my voice isnt that good anymore. it's no longer good at all. puberty hits me. kidding! i genuinely am a girl.

bottom line, i want to write a book. make films. travel the world to capture life. make songs. sing. organize giant concerts. build a culturehub or cafe or art galleries. be a cool and caring mom so that i can see my children grow a positive life the way they want it to be. and be a good servant of God. and yes, be a great daughter for my only mom. so what's my passion after all?

life. and live with its original essence the way universe and i want it to be. the way it is. and be happy about that.


Delve Inside: 4 // Passion: Selesai.

No comments:

Post a Comment