Sunday

how i've ended my sixteen

menjelang akhir tahun, beberapa hal baru menghiasi hari-hariku. salah satunya kehadiran kwartet fakir gigs yang beranggotakan levy nando dan puput. kami jadi sering keluar random buat events seni dan gigs lokal. kadang sekedar makan bareng dan ngungsi ke burjo kalau diusir karena tempat makannya mau tutup. yang topik obrolannya gak jauh jauh dari fenomena sosial. dari homoseksual, masalah receh kayak cinta, pandangan hidup, politik, buku bahkan agama dan band indie hahaha.

sejak matthew lulus dan aku pindah ke kos baru, ditambah aku bebas-tugas keorganisasian, aku ngerasa aku balik lagi kayak aku sebelum sistem menyerang (hahaha). aku jadi pede ngikutin passion, mulai ngikutin jalur yang lama ditinggal karena beda fokus. selesainya semester lima juga dirayakan dengan konser kecil di ifi-lip dan malam sederhana yang menyenangkan bersama gemara dan rania. sesederhana makan bareng di taman di depan lip dan dipaksa gemara nemenin dia ke perpustakan buat liat salah satu koleksi filem di sana.

terus hosting jogpop. astaga seneng banget. bukan seneng sejenis habis intern atau dapet duit gitu, karena aku gak keduanya, aku gak kerja buat dibayar gitu dan aku gak intern. awalnya karena libur dan menunda pulang. kenapa ditunda? karena udah janji sama ayik mau nemenin pas dia main ke jogja. jadilah, sembari menunggu hari-h kedatangan mereka, daripada bolak-balik pulang aku memilih buat stay di jogja. dan, daripada gabut di kamar kosan, akhirnya aku ask om-tante bolehkah aku host jogja pop? ternyata boleh.

apa yang bikin aku ingin host jogja pop? satu, the vibes. lokasinya menguarkan aura positif untuk passionku. aku juga bisa menikmati suasana sambil ngeliatin bule-bule seliweran atau keluar-masuk, sesekali berbicara dan di kesempatan tertentu ngobrol bareng mereka. i can see people, i can see a mini world crossing by. ditemani daftar main lagu-lagu racikan sendiri dan buku-buku. plus tethering telkomsel yang kenceng banget. dua, daridulu aku suka sama lingkungan urban kayak gitu, apalagi urbannya gak ala metropolitan. justru urbannya membumi sekali. tapi urban. gimana ya. ngeblend gitu. pagi-paginya, sore-sorenya indah sekali.

dan.. bubarnya beberapa bands. chicken soup dan banda neira adalah dua band kesukaanku. mereka sederhana tapi ngena. mereka menyuguhkan musik yang tidak egois atau sarat permainan skill, they just.. sing. dan itulah musik. sedih juga ketika tahu (diawali dengan chicken soup dengan keluarnya kak gusti dan anggota yang tersisa melebur menjadi formasi baru dengan nama meranti) mereka memutuskan untuk berubah-wujud menjadi wujud mereka yang sekarang.

No comments:

Post a Comment