Monday

kerasan

lalu kalau kerasan, bagaimana? gimana kita tahu apakah yang kita kerasani itu sudah tepat atau belum?

saya masih ingat jelas bagaimana pertengahan tahun 2014 hingga tengah tahun 2016 menjadi tahun slump bagi saya. saya menjadi pribadi yang satir, terhadap lingkungan saya, terhadap diri saya sendiri, pada keadaan dan yang paling saya dukani, major studi saya.

saya ngerasa salah jalan. tersesat. jengkel karena sulit keluar. jengkel karena rutenya harus muter jauh untuk kembali pada tujuan yang benar. dalam paradoks realita saya, nyatanya belajar akuntansi adalah jalan yang benar dan berprofesi senada adalah tujuan utama. sebenarnya saya hanya merasa terjebak. saya capek tapi banyak ngeluh. banyak retorika kebanyakan satir.

namun sungguh bagaimana caranya kita bisa tahu apakah yang sedang kita perjuangkan (dan gagal mulu) itu memang harus diperjuangkan atau harus ditinggal karena mungkin, bukan jodohnya?

kalau toh kita memang legowo karena yang kita paksakan memang bukan jodoh, bagaimana cara kita tahu bahwa apa yang kita tinggal sebenarnya sudah sedikit lagi?

bagaimana cara kita tahu, apa yang kita perjuangkan itu pantas kita perjuangkan, atau sebenarnya kita hanya memaksakan dan buang waktu?

saya juga nggak tahu.

kita hidup itu gambling guys. biar seru juga. sayangnya, kita terlalu sering bermain ekspektasi. berharap berlebihan lalu kecewa. meremehkan lalu kuwalat. menungso rek. nduwe akal sonu mbulet dewe.

tapi judi tanpa pertaruhan ga afdol. meski salah. judi itu salah guys jangan judi ya. ini cuma analogi. oke, saya akan mengucapkan hal klise yang sebelum ini lebih banyak saya mentahkan, saya bantah karena terdengar naif. tapi kini saya akan memberi testimoni, bukan teori. jadi, mari berjuang sebaik-baiknya dan sekuat-kuatnya. jalan terus aja. jalan aja. percaya aja. percaya aja, jangan takut. selama kita ga sabotase jalan dan peta orang, keajaiban itu ga cuman ada di filmnya tim burton. mungkin ini klise, tapi peta kehidupan memang sudah digariskan dan Pencipta nya maha yoi.

suatu saat ketika kamu merasa tersesat, tetaplah percaya diri, pada lumut dan arah matahari, lalu berjalanlah terus. jika merasa kembali dan hanya berputar-putar, jangan takut dan berjalan terus saja. tidak semua hal yang terjadi pada kamu ada dalam kendalimu. ada kekuatan di luar sana yang mengawasi kita dari jauh, dan pada suatu waktu rimba akan terbuka. tetaplah berjalan. jika kamu berjuang dan gagal, mungkin saja kamu kurang berjuang, atau mungkin itu bukan waktumu. jalanmu sedang disiapkan. bersabarlah. tapi tetaplah berjalan.

lalu bagaimana jika kerasan?

ada sedikit gagasan lucu dalam benak saya beberapa waktu yang lalu. saya pikir, saya tersesat. saya pikir saya salah jalan. saya pikir saya terjebak. kemudian setelah beberapa waktu (yang tidak sebentar) saya jadi dark, emo, protes sana-sini seperti masih bisa dilihat berceceran di blog ini 2 tahun terakhir... tiba-tiba, menjelang akhir tahun lalu, jalan mulai terbuka dan sepertinya ternyata saya nggak tersesat. saya mengintip jalan alternatif yang terbuka, dan jebul saya kerasan. lucunya, saya jadi ngerasa beruntung malah diberi kesempatan untuk mengintip, bukan menjalani jalan itu.

saya rasa, saya nggak akan sanggup. saya rasa, saya harusnya tahu diri. talenta saya ndak nutupi, gabakal bisa mengkover apa yang akan saya hadapi. jalan saya sebenarnya sudah benar. saya aja yang selama ini merengek karena belum dibelikan permen yang saya mau. setelah itu saya toh marem. seperti sekarang.

saya masih belum tahu apakah saya akan meneruskan menapaki jalan alternatif itu, ataukah saya akan kembali ke titik dimana saya tersesat dan kembali menempuh jalan utama. tapi saya lega.

saya lega karena bisa membedakan apa itu kerasan dan penasaran.

No comments:

Post a Comment