Monday

tersesat.

tersesat memang diakibatkan karena salah mengambil jalan. tapi kemudian kita punya pilihan dalam mengambil sikap saat tersesat. tersesat itu bisa melemahkan, atau justru konstruktif.

katanya, peta kehidupan itu sudah ada yang menggariskan ya. tapi ternyata si pencipta memutuskan bahwa kita boleh menjalani hidup yang seru. tidak tertebak, dan membuat berdebar-debar. mungkin agar tidak spoiler. mungkin agar tetap semangat karena yang bersambung-bersambung biasanya membuat gemas; gemas ingin tahu kelanjutannya, atau gemas ingin berakhir saja. makanya ada tokoh seperti hannah di serial populer tiga belas alasan mengapa.

si pencipta (saya nda mau menyinggung yang percaya kita ini ada karena proses semesta yang sedemikian rupa lho, tapi saya pribadi memang percaya adanya Sang Pencipta, yang maha yoi dan maha artsi) rupanya memberikan kita sebuah otonomi, untuk menafsirkan dan memilih jalan yang kita ambil pada peta kehidupan kita.

saya sih banyak revisi ya. mungkin karena saya orangnya sok ide dan suka trial-and-error gitu. jangan ditiru. nanti labil dan njelimet. tapi serunya bisa punya koleksi 'luka-luka sandung' yang berbeda di titik-titik berbeda dari area-area yang berbeda dalam peta hidup saya.

mungkin yang mengikuti kendablekan saya di blog ini, atau kenal saya pribadi dan cukup dekat untuk bisa sedikit mendengarkan curhatan saya yang banyak.. bisa dirunut bagaimana seringnya saya begitu senang, kemudian begitu sedih, kadang terlalu skeptis, dan seringkali mengeluh. bertanya tapi tidak menemukan jawaban. kemudian menyalahkan keadaan. kemudian membela diri. kemudian mencari retorika yang menyokong pembelaan diri tadi. kadang dengan pongah, kadang alpa dan lupa diri. kadang satir. kadang romantis.

ya, itulah bagaimana gaya saya memanfaatkan otonomi yang selama 21 tahun ini disematkan pada saya. bukan gaya nungging atau gaya katak ya. banyak revisi. muter-muter. nyasar. kadang stuck di satu tempat--karena mager, atau karena lelah berjalan dan takut kembali tidak menemukan jalan yang benar. kadang malah ternyata menemukan jalan pintas yang ajaib.

dulu, saya kira konsep nyasar atau tersesat itu adalah di saat kita mengambil jalan yang salah. tapi njuk saya sadar, bukan, bukan gitu. tersesat memang diakibatkan karena salah mengambil jalan. tapi kemudian kita punya pilihan dalam mengambil sikap saat tersesat. bisa ling lung, bisa sigap, bisa takut, bisa gemas, bisa marah, bisa senang, bisa kerasan, karena baru sadar kalau bukan salah jalan, tapi salah menentukan tujuan. tersesat itu bisa melemahkan, atau justru konstruktif.

atau jangan-jangan, tersesat adalah kesempatan bagi kamu untuk beristirahat dan berpikir jernih. jangan-jangan dengan tersesat kamu diberi kesempatan untuk merunut ulang jalan yang kamu ambil, bahkan tujuan yang kamu cari. mungkin tersesat adalah cara bagi kamu untuk memiliki lebih dari satu pintu yang 'benar'. mungkin tersesat adalah cara si penggaris peta memberi kamu ruang untuk kembali bertanya pada diri kamu sendiri, dan melihat kemantapan kamu.

kalau saya sih, sebenarnya cuma bingung mau cari basa-basi apa untuk memulai gulungan entri yang sepertinya akan mengular setelah hampir separo tahun memutuskan mengurangi menulis reflektif dan lebih menyibukkan diri 'berpartisipasi', bahkan berhenti (dan jadi mikir dua kali untuk) menulis caption yang kata orang-orang dulu, kayak nulis cerpen.

'pipod i le gawe caption ko sepur'
'mesti cerpen to caption e'
'lak dowo mengko hahaha'

dulu.

celetukan yang pada suatu masa sangat awam saya dengar di sekitar. (kalo sekarang celetukannya karena spam instastory ya haha). dan waktu itu saya jadi.. hmm apa iya ya, saya seharusnya tidak seperti itu. jadi merasa berlebihan, romantisasi, kadang dramatis dan sentimental. rasanya belum dewasa dan jadi cheesy, tidak chill. (sama seperti sekarang, saya jadi suka risih sendiri kalau lihat garis putus-putus insta story saya melebihi lima linier. njuk biasanya saya hapusi haha maaf milenial.)

padahal enggak. ternyata enggak. menulis caption panjang itu gak papa. menulis reflektif itu boleh. menulislah dengan bebas, lepaskan semuanya. ternyata saya cuman kemakan omongan orang. tersesat yang dekonstruktif. selama bukan hal yang membuat polusi, kita boleh kok, jadi diri kita sendiri. asalkan bisa memfilter. toh banyak opsi yang bisa mereka lakukan juga. misalnya kalau saya terlalu spam insta story, ada pilihan untuk mute story profil saya. atau kalau blog dengan tidak mengunjungi blog saya. dan alhamdulilah ada read more jika caption melebihi 3 baris.

masalah tersesat karena omongan, salah satu dampaknya ya begini, tulisan saya tidak semengalir dulu, kalau dulu rasanya kayak jari saya punya otak sendiri karena setelah selesai nulis dan membaca ulang saya suka bingung apakah saya menulis ini.

tapi saya punya misi baru. saya mau mengurangi instastory. jadi, silakan bertandang kemari kalau kangen saya. hahaha. saya cuma bercanda. bukan jablay.

No comments:

Post a Comment